Sunday 29 April 2012

Tulisan 3 - Dua


DUA

Tiga. Tiga adalah angka ganjil yang seringkali dapat dengan mudah mengoyak pikiranku. Aku sering bermain dengan angka satu dan dua, tetapi aku tidak pernah menginginkan untuk berada dalam suatu kondisi dimana terdapat angka tiga.
            Sekarang aku masuk kedalam sebuah permainan dimana terdapat tiga pemeran yang salah satunya adalah aku. Aku terjerat dalam dua pilihan yang berbeda. Aku adalah hakim diantara para pemeran dalam permainan ini. Aku ingin pilih keduanya sebagai partnerku, tetapi itu tidak ada di dalam aturan permainan, itu tidaklah adil bagi pemain lainnya, hal itu hanya menguntungkan satu pihak, yaitu aku.
            Aku tersiksa berada dalam keadaan ini. Aku harus memilih salah satu pemain yang sangat berbeda karakter ini yang akan kujadikan sebagai partnerku. Satu diantaranya adalah seorang pria mandiri, pekerja keras dan pandai, dan satu yang lainnya adalah pria berandalan, cuek, dan berantakan. Ini adalah pilihan yang berat. Dimana perbedaan yang sangat signifikan diantara mereka adalah masalah kedewasaan. Pria pandai itu adalah sosok lelaki yang dewasa, dia dapat menyempurnakan aku dengan segala kekuranganku. Sedangkan si pria berandalan ini hanya dapat menyakitiku dengan segala tingkah kekanakannya. Dan sampai pada aku membulatkan niat untuk memilih salah satunya. Terang saja aku lebih memilih si pria pandai itu. Dia adalah sosok yang sangat sempurna bagiku.
            Sekitar kurang lebih satu setengah tahun aku mengenalnya, ternyata kehadiran pria pandai itu tidaklah lebih berharga dari kehadiran si pria berandalan. Aku memang senang dimanja, tapi aku tidak suka jika aku mengetahui bahwa bukan hanya aku yang dimanja olehnya. Sedangkan selama Dua tahun lebih aku mengenal pria berandal itu, tidaklah sekalipun dia mencoba berpaling dari hadapanku untuk mencari kesenangan lainnya tanpa aku. Aku menyesal telah membuat keputusan sepihak tanpa melihat terlebih dahulu maksud hati mereka. tetapi dari situ aku dapat belajar bahwa menilai seseorang itu bukanlah dari masalah kulit luarnya, tetapi cobalah untuk menyelami kedalaman ketulusannya. Alangkah lebih baik jika aku dapat membuat keputusan yang benar terlebih dahulu sebelum aku terjebak dalam keadaan yang sangat menyulitkanku. Aku pun bersyukur atas apapun yang akhirnya terjadi dalam keadaan ini, bahwa pada kenyatannya aku sendiri yang dapat melihat dan menilai manakah seseorang yang benar – benar berarti untuk kehidupanku.
            Dua. Dua adalah suatu keadaan dimana semua hal akan seimbang jika kita dapat menyesuaikan sama berat, sama tinggi, dan sama rata. Tentu keadaan ini yang aku inginkan, tapi pada kenyataannya saat ini, aku sedang tidak berada pada suatu kondisi yang terdapat angka dua...

No comments:

Post a Comment