Damn, I love Basketball Player
“Gin,menurut lo cowok basket itu player gak
sih?” tanya Dinda kepada teman baiknya Gina yang selalu bawel tiap Dinda cerita
tentang perasaanya buat cowok – cowok yang ngga banget di kampus. “player. Lo
liat aja tuh si Ferdy yang dikelilingin cewek – cewek gatel itu” jawab Gina
sewot. “kok jadi Ferdy sih Gin?” tanya Dinda balik. “ya karna Ferdy itu abas
(anak basket), dan survei membuktikan kalo temen kelas kita si Ferdy itu emang
playboy,iya kan??” Gina tambah sewot.
Dinda
dan gina emang gak pernah sepemikiran kalo masalah cowok. Entah kenapa Dinda
terlalu memuja cowok yang udah ketauan player, beda banget sama Gina yang suka
banget ngapalin cowok – cowok yang suka bolak balik masjid kampus buat sholat,
apalagi cowok – cowok yang ikutan UKM kerohanian gitu, Gina paling depan buat
ngantri ngedapetin cowok alim deh pokoknya.
Dua
semester berlalu gitu aja. Dinda masih gak jelas dengan status nya yang ga
berubah – berubah dari awal masuk kuliah. Dinda sempat menjalin hubungan dengan
cowok dari PTN sebelah dari SMA sampe diterima di Universitas tempat Dinda
menuntut ilmu saat ini, hubungan mereka cukup lama tetapi harus terhenti
ditengah jalan lantaran Dinda diduakan oleh eks cowoknya itu, tapi Dinda tetep
aja gak jera buat nyari pacar yang seorang player lagi. Beda dengan Gina yang
udah berhasil dapetin Miko, cowok kampus dari jurusan Arsitektur itu, tapi
emang ga sepenuhnya sesuai dengan cowok yang di idam – idamkan Gina selama ini,
Miko anggota dari UKM Pecinta Alam, bukan dari UKM Rohani Islam L.
Udah
beberapa kali Gina dan Miko mencoba buat nyomblangin Dinda ke temen – temennya
Miko, tapi tetep aja ga ada yang sreg dimata Dinda hingga saat ini. Dinda masih
mengharapkan sosok pemain basket, bahkan setiap ada kejuaraan basket se-kampus,
Dinda selalu menyempatkan diri hadir di dalamnya walaupun ga satupun diantara
cowok basket itu yang Dinda kenal, kecualiiii ya si Ferdy, yang merupakan musuh
ceng – cengannya di kelas. “kenapa sih dunia kok sempit banget ya, dimana –
mana ada Ferdy, bosen banget gue liat jidat mengkerutnya” Dinda ngedumel
sendiri sambil menghela napas panjang *sigh*.
Keesokan
harinya Dinda tetep aja semangat buat ngelanjutin misinya buat survei apakah
ada seorang pemain basket yang memungkinkan buat dipacari olehnya, yaa yang
tentu aja Gina juga bakal ngerestuin *hope*. Siang ini Dinda udah nongkrongin
depan lapangan basket indoor kampus. Dinda lari – lari sampe harus keringet
dingin buat ngindarin Gina supaya doi gak ngeliat kalo Dinda ke lapangan
basket, you know so well lah yaa Gina paling benci abas, karna ya udah banyak
contohnya lah ya salah satunya Ferdy #fiuh. Dinda ngintip – ngintip kecil di
depan gerbang lapangan itu, gak ada orang sama sekali sampe Dinda harus
merasakan penyesalan karna letak lapangannya yang terlalu jauh dan perjuangan
Dinda yang harus kelelahan dengan napas yang terengah akibat lari dari incaran
temannya yang bawel itu, re: Gina. *dug dug dug* suara bola basket yang sedang
menari indah dipadu dengan irama hentakan kaki yang sedang berlari kecil dari
dalam lapangan indoor itu. “ada yang sedang men-drible bola” bisik Dinda.
Dengan mimik wajah yang sangat penasaran, Dinda tanpa segan membuka gerbang
lapangan lalu menerobos masuk. Dari kejauhan tampak sesosok pria bertubuh
atletis, tinggi dan besar berkostum basket dengan sepatu basket yang ukurannya
dua kali lipat dari sepatu Dinda. Dinda berusaha mendekat karna rasa
penasarannya yang begitu besar atau karna hipnotis dari pria itu yang begitu
kuat terhadap Dinda. Pria itu pun berpaling kearah Dinda, disambut dengan
helaan napas Dinda yang begitu panjang dipadu dengan degupan jantung Dinda yang
makin terasa cepat, karna merasa sangat belum siap untuk menatap wajah pria
itu, dengan refleks Dinda memalingkan tubuhnya ke arah sebaliknya, pria itu
yang berbalik menghampiri tubuh mungil perempuan yang sedang berpaling dari
hadapannya itu. “mba, nyari siapa ya?” suara dengan nada yang terdengar sangat
lembut itu sekejap melelehkan perasaan Dinda yang sedang beku. Dengan perasaan
sedikit ragu – ragu akhirnya Dinda memberanikan diri untuk menoleh pelan kearah
suara itu berasal, “astagaaaa elo???” hentakan suara Dinda yang merasa sangat
terkejut itupun mengundang amarah Ferdy yang membalas ucapan Dinda tadi “elo
ngapain kesini? Mau ngintipin gue? Pergi sanaaaaa”. Dinda langsung keluar dari lapangan itu dengan
sangat kesal dan penuh penyesalan. “kenapa harus ketemu cowok ngeselin itu mulu
sih? Gue bosen banget, coba aja tuh cowo ga pernah dilahirin buat jadi pemain
basket, pasti dunia bakal indah banget” Dinda ngedumel penuh amarah.
Bertahun
– tahun berlalu begitu aja tanpa ada kejelasan status Dinda yang terdengar
lebih baik dari sebelumnya. Sepertinya Dinda sudah patah arang ketika
mengetahui dirinya ga kunjung dapetin abas yang sesuai dengan apa yang dia
harapkan. Dinda mulai menyerah dan berpasrah diri dengan apa yang kelak akan
dia terima. Akhirnya Dinda setuju untuk dicomblangin dengan teman dekat Miko
yang baru aja putus cinta beberapa bulan lalu, Miko sengaja memberikan berita
yang tidak sesuai tentang teman dekatnya yang akan dikenalkan kepada Dinda ini.
Ryan adalah seorang kapten basket dari tim inti Arsitektur, walaupun Gina
kurang setuju dengan keputusan Miko yang ingin memperkenalkan Ryan si abas ini
kepada Dinda, tapi Miko tetep bersikeras menjodohkan sahabat baiknya ini kepada
sahabat baik pacarnya itu. Miko merancang rencana perkenalan Dinda dan Ryan
sedemikian mungkin sampai Miko merahasiakan bahwa Ryan adalah seorang abas.
Setelah
Ryan akhirnya sudah mengenal Dinda kurang lebih satu bulan, Ryan pun membuka
identitasnya sebagai seorang abas karna turnamen basket dekat – dekat ini akan
dipimpin olehnya, Dinda merasa sangat kaget dan jujur selama ini Dinda juga
tidak pernah tertarik kepada Ryan bahkan setelah Dinda mengetahui bahwa Ryan
adalah kapten basket Arsitektur pun Dinda tetap merasa datar tanpa gertakan
apapun dalam perasaannya.
Siang
ini diadakan pertandingan basket tim inti Akuntansi melawan Arsitektur, tentu
aja Gina dan Miko ngajakin Dinda nonton, secara ada Ryan pula yang main,
sebelumnya Ferdy tereak – tereak depan kelas minta ditonton anak kelas biar
banyak suporternya, mendengar permintaan Ferdy tadi, hati Dinda jadi agak
tergerak buat nonton, tapi hal ini bukan untuk Ferdy loh tapi untuk tim
Jurusannya . Dinda pun memutuskan untuk ikutan nonton, tapi Gina ngajakin buat
duduk di kubu lawan, Arsitektur, Dinda ngalah tapi tetep hatinya mendukung tim
dimana ada Ferdy didalamnya. Pertandingan pun berjalan dengan sedikit kericuhan
saat pelanggaran dibuat oleh Ryan terhadap Ferdy “astaga, Ferdy kenapa tuh, Ya
Allah jangan bikin Ferdy cidera pleaseeee” gumam Dinda pelan. Pertandingan pun
berakhir dan dimenangkan oleh tim Arsitektur. Setelah usai pertandingan, Dinda
berlari menuju bench tim Akuntansi, menanyakan keadaan Ferdy yang sedikit parah
akibat cidera kecil tadi. Ferdy sepertinya merasa sangat kesakitan, Dinda datang
dengan mimik muka yang sangat khawatir malah mendapat tertawaaan licik dari
Ferdy, sepertinya Ferdy adalah abas yang paling gak punya perasaan. Karna Ferdy
gak bisa pulang sendiri yang kebetulan hari itu doi sedang berkendara dengan
sepeda motornya, membuat Dinda tergerak untuk menawarkan sedikit bantuan dengan
mengantarkan Ferdy pulang karna memang arah rumah mereka yang sejalan, Ferdy
cengengesan gak berhenti – berhenti, kayaknya pada saat itu kebencian mereka
mulai memudar dari masing – masing pihak. Sepertinya Ferdy sedikit munafik
dengan menolak tawaran Dinda itu, dengan beralasan bahwa akan ada teman yang
lain yang mau mengantarkannya pulang, padahal karna Ferdy terlalu gugup untuk
berada dibelakang jok motor Dinda saat itu.
Setelah
sampai dirumah, Dinda mendapati delapan missed call dan dua messages dari kontak
bernama Ryan di handphone-nya, Dinda tak mau menggubris satupun dari sekian
banyak telepon dari Ryan, Dinda sangat kesal saat mendapati Ferdy kesakitan
akibat pelanggaran yang dilakukan Ryan tadi. Tak berapa lama ada sms masuk ke
handphone Dinda dari nomer baru yang kemudian dia ketahui bahwa itu adalah sms
dari Ferdy yang berisikan “WOY.... (ferdy)” sumpah itu sms gak penting banget
tapi entah kenapa pesan singkat itu memancing Dinda buat bales sms itu. mereka
pun ber sms-an ria sepanjang malam itu.
Keesokan
harinya Ferdy terlihat sangat malu – malu ketika melihat Dinda yang sudah
didalam kelas sejak tadi.
“fer,kaki lo udah mendingan?” tanya Dinda. “iya din,ini udah bisa jalan kan,hihi” jawab Ferdy dengan senyuman kecil. Gina sepertinya sudah mulai merasakan perubahan sikap mereka berdua lalu mempertanyakan apa saja yang telah terjadi diantara mereka hingga terjadi perubahan yang sangat impossible kelihatannya. Sepulang dari kuliah akhir, Ferdy mempertanyakan apakah penawaran Dinda yang kemarin itu masih berlaku untuknya dihari ini, Dinda tersenyum sambil mengangguk disambut dengan kata “yesss” yang meluncur refleks dari bibir Ferdy. Sepanjang perjalanan, Ferdy tak henti – hentinya bercerita tentang basket dan semacamnya, Dinda sedikit senang karna hubungannya dengan musuh dikelasnya itu sudah mulai membaik yang kemudian dengan sedikit adrenalin yang ada didalam dirinya Dinda bertanya sejauh apa hubungan Ferdy dengan cewek – cewek yang sering dilihatnya bersama Ferdy selama ini, Ferdy menjawab ringkas dan cuek “itu temen SMA gue Din, ada senior,junior dan yang seangkatan gue juga banyak”. oh ternyata selama ini Dinda udah negative thinking aja sama cowok bertubuh besar yang sedang berada dibelakang jok motornya itu.
“fer,kaki lo udah mendingan?” tanya Dinda. “iya din,ini udah bisa jalan kan,hihi” jawab Ferdy dengan senyuman kecil. Gina sepertinya sudah mulai merasakan perubahan sikap mereka berdua lalu mempertanyakan apa saja yang telah terjadi diantara mereka hingga terjadi perubahan yang sangat impossible kelihatannya. Sepulang dari kuliah akhir, Ferdy mempertanyakan apakah penawaran Dinda yang kemarin itu masih berlaku untuknya dihari ini, Dinda tersenyum sambil mengangguk disambut dengan kata “yesss” yang meluncur refleks dari bibir Ferdy. Sepanjang perjalanan, Ferdy tak henti – hentinya bercerita tentang basket dan semacamnya, Dinda sedikit senang karna hubungannya dengan musuh dikelasnya itu sudah mulai membaik yang kemudian dengan sedikit adrenalin yang ada didalam dirinya Dinda bertanya sejauh apa hubungan Ferdy dengan cewek – cewek yang sering dilihatnya bersama Ferdy selama ini, Ferdy menjawab ringkas dan cuek “itu temen SMA gue Din, ada senior,junior dan yang seangkatan gue juga banyak”. oh ternyata selama ini Dinda udah negative thinking aja sama cowok bertubuh besar yang sedang berada dibelakang jok motornya itu.
Empat
semester telah berlalu, status Dinda juga belum kunjung berubah. Tapi bedanya
di semester ini adalah sudah ada sedikit pencerahan terhadap hubungan
percintaannya saat ini. Dinda dan Ferdy semakin dekat sejak kurang lebih satu
tahun lalu mereka sudah memutuskan untuk tidak lagi saling bermusuhan.
Sepertinya kali ini impian Dinda untuk mendapatkan seorang abas yang sesuai
akan tercapai hihi. Gina juga sudah mulai melunak akibat sudah mengenal Ferdy
lebih jauh melalui Dinda. Intensitas hubungan mereka bertiga jadi lebih jelas,
mereka sudah sangat mengenal masing – masing pihak.
Pertandingan
basket semester ganjil kembali datang, kali ini Dinda, Gina dan Miko duduk di
suporter Akuntansi yang lagi lagi berhadapan melawan Arsitektur. Tidak hanya
berada di tempat suporter Ferdy, tapi kali ini Dinda juga berada tepat
dibelakang Ferdy, meneriaki namanya dan memakai kostum bernomer punggung 8
dengan player name Ferdy. Sungguh sangat membahagiakan bagi Dinda saat ini bisa
menjadi penyemangat bagi Ferdy mantan musuhnya sekaligus pujaan hatinya saat
ini....
No comments:
Post a Comment