4. PERKEMBANGAN STRATEGI DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA
1. Strategi Pembangunan
Sejarah
perencanaan pembangunan di Indonesia sejak tahun 1945 hingga
kinimengalami berbagai perkembangan sejalan dengan tingkat stabilitas
politik dankeamanan. Artinya faktor-faktor sosial politik ekonomi,
perhitungan akurat yangtidak ambisius, pengawasan yang kontinyu,
pelaksanaan koordinasi dan singkronisasiyang baik, serta pembiayaan yang
memada, merupakan hal yang sangatmempengaruhi keberhasilan pembangunan
suatu negara.
Salah
satu kendala pada awal kemerdekaan adalah keterbatasan datal,sehingga
pemerintah belum menyusun perencanaan yang baik. Namun
pemerntahIndonesia terus berupaya memperbaiki perekonomian yang
berantakan akibatpeperangan, pemberontakan dan reformasi perpolitikan di
Indonesia. Usaha-usahatersebut mulai tercermin mulai dari pembentukan
Panitia Pemikiran Siasat Ekonomisampai disusunnya Program Pembangunan
Nasional (Propenas).
a. Strategi Pertumbuhan
Di
dalam pemikiran ini pertumbuhan ekonomi menjadi kriteria utama bagi
pengukuran keberhasilan pembangunan. Selanjutnya dianggap bahwa dengan
pertumbuhan ekonomi buah pembangunan akan dinikmati pula oleh si miskin
melalui proses merambat ke bawah (trickle down effect) atau
melalui tindakan koreksi pemerintah mendistribusikan hasil pembangunan.
Bahkan tersirat pendapat bahwa ketimpangan atau ketidakmerataan adalah
merupakan semacam prasyarat atau kondisi yang harus terjadi guna
memungkinkan terciptanya pertumbuhan, yaitu melalui proses akumulasi
modal oleh lapisan kaya. Strategi ini disebut strategi pertumbuhan. Inti dari konsep strategi ini adalah :
- Strategi
pembangunan ekonomi suatu Negara akan terpusat pada upaya pembentukan
modal, serta bagaimana menanamkannya secara seimbang, menyebar, terarah,
dan memusatkan, sehingga dapat menimbulkan sfek pertumbuhan ekonomi.
- Selanjutnya
bahwa pertumbuhan ekonomi akan dinikmati oleh golongan lemah melalui
proses merambat ke bawah (trickle-down-effect), pendistribusian kembali.
- Jika terjadi ketimpangan atau ketidakmerataan, hal tersebut merupakan persyaratan terciptanya pertumbuhan ekonomi.
- Kritik
paling keras dari strategi yang pertama ini adalah bahwa pada kenyataan
yang terjadi adalah ketimpangan yang semakin tajam.
b. Strategi Pembangunan dengan Pemerataan
Inti
dari konsep strategi ini adalah dengan ditekankannya penignkatan
pembangunan melalui teknik sosial engineering, seperti halnya melalui
penyusunan perencanaan induk, dan paket program terpadu.
c. Strategi Ketergantungan
Teori
ketergantungan muncul dari pertemuan ahli-ahli ekonomi Amerika Latin
pada tahun 1965 di Mexico City. Menjelaskan dasar-dasar kemiskinan yang
diderita oleh negara-negara sedang berkembang, khususnya negara-negra
Amerika Latin. Yang menarik dari teori ketergantungan adalah munculnya
istilah dualisme utara-selatan, desa-kota, corepriphery yang pada dirinya mencerminkan adanya pemikiran pembangunan yang berwawasan ruang.
Pada
tahun 1965 muncul strategi pembangunan dengan nama strategi
ketergantungan. Konsep ini timbul dikarenakan tidak sempurnanya strategi
pertumbuhan dan strategi pembangunan dengan pemerataan. Inti dari konsep strategi ketergantungan adalah :
“Kemiskinan
di negara–negara berkembang lebih disebabkan karena adanya
ketergantungan negara tersebut dari pihak/negara lainnya. Oleh karena
itu jika suatu negara ingin terbebas dari kemiskinan dan keterbelakangan
ekonomi, negara tersebut harus mengarahkan upaya pembangunan ekonominya
pada usaha melepaskan diri dari ketergantungandari pihak lain. Langkah
yang dapat ditempuh diantaranya adalah meningkatkan produksi nasional
yang disertai dengan peningkatan kemampuan dalam bidang produksi, lebih
mencintai produk nasional.”
Teori
ketergantungan ini kemudian dikritik oleh Kothari dengan mengatakan “. .
. . .teori ketergantungan tersebut memang cukup relevan, namun
sayangnya telah menjadi semacam dalih terhadap kenyataan dari kurangnya
usaha untuk membangun masyarakat sendiri (selfdevelopment). Sebab selalu
akan gampang sekali bagi kita untuk menumpahkan semua kesalahan pada
pihak luar yang memeras, sementara pemerasan yang terjadi di dalam
lingkungan masyarakat kita sendiri dibiarkan saja . . . . . “ ( Kothari
dalam Ismid Hadad, 1980 ).
d. Strategi yang Berwawasan Ruang
Pada argumentasi Myrdall dan Hirschman terdapat dua istilah yaitu “back-wash effects” dan “spread effects” .
“Back-wash Effects” adalah
kurang maju dan kurang mampunya daerah-daerah miskin untuk membangun
dengan cepat disebutkan pula oleh terdapatnya beberapa keadaan yang
disebut Myrdall.
“spread effects” (pengaruh menyebar), tetapi pada umumnya spread-effects yang terjadi adalh jauh lebiih lemah dari back-wash effectsnya sehingga secara keseluruhan pembangunan daerah yang lebih kaya akan memperlambat jalnnya pembangunan di daerah miskin.
Perbedaan pandangan kedua tokoh tersebut adalah bahwa Myrdall tidak percaya bahwa keseimbangan daerah kaya dan miskin akan tercapai, sedangkan Hirschman percaya, sekalipun baru akan tercapai dalam jangka panjang.
e. Strategi Pendekatan Kebutuhan Pokok
Sasaran
strategi ini adalah menaggulangi kemiskinan secara masal. Strategi ini
selanjutnya dikembangkan oleh Organisasi Perburuhan Sedunia (ILO) pada
tahun 1975, dengan dikeluarkannya dokumen: Employment, Growth, and Basic Needs : A One World Problem. ILO dengan
menekankan bahwa kebutuhan pokok manusia tidak mungkin dapat
dipengaruhi jika pendapatan masih rendah akibat kemiskinan yang
bersumber pada pengangguran. Oleh karena itu sebaiknya usaha-usaha
diarahkan pada penciptaan lapangan kerja, peningkatan pemenuhan
kebutuhan pokok dan sejenisnya.
2. Faktor-faktor yang Memperngaruhi Strategi Pembangunan
Pada
prinsipnya, pemilihan strategi apa yang akan digunakan dalam proses
pembangunan sangat dipengaruhi oleh pertanyaan “Apa tujuan yang hendak
dicapai?”
Jika
tujuan yang hendak dicapai adalah menciptakan masyarakat yang mandiri,
maka strategi ketergantungan-lah yang mungkin akan dicapai. Jika tujuan
yang ingin dicapai adalah pemerataan pembangunan, maka strategi yang
berwawasan ruang-lah yang akan dipergunakan.
Perkembangan
Ekonomi suatu negara dapat dilihat dari perubahan-perubahan di dalam
stabilitas atau keseimbangannyan kapasitas perekonomian dalam jangka
waktu yang lama. Ada beberapa karakteristik perkembangan ekonomi modern yang ditinjau dari interrelasi, yaitu:
- Tingginya tingkat pengeluaran perkapita dengan meningkatnya produktifitas tenaga kerja yang cepat
- Tingginya tingkat penghasilan perkapita yang dapat mengubah tingginya tingkat konsumsi perkapita
- Teknologi yang maju guna merubah structural skala produk dan karakteristik unit usaha ekonomi yang dicapai.
3. Strategi Pembangunan Ekonomi Indonesia
Sebelum
orde baru strategi pembangunan di Indonesia secara teori telah
diarahkan pada usaha pencapaian laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Namun pada kenyataannya nampak adanya kecendrungan lebih menitik
beratkan pada tujuan-tujuan politik dan kurang memperhatikan pembangunan
ekonomi.
Sedangkan
pada awal orde baru, strategi pembangunan di Indonesia lebih diarahkan
pada tindakan pembersihan dan perbaikan kondisi ekonomi yang mendasar,
terutama usaha untuk menekan laju inflasi yang sangat tinggi (hyper
inflasi).
Dari
keterangan pemerintah yang ada, dapat sedikit disimpulkan bahwa
strategi pembangunan di Indonesia tidak mengenal perbedaan strategi yang
ekstrem. Sebagai contoh selain strategi pemerataan pembangunan,
Indonesia tidak mengesampingkan strategi pertumbuhan dan strategi yang
berwawasan ruang (terbukti dengan dibaginya wilayah Indonesia dengan
berbagai wilayah pembangunan I, II, III dan seterusnya).
Strategi-strategi tersebut kemudian dipertegas dengan ditetapkannya sasaran-sasaran dan titik berat setiap Repelita, yakni :
REPELITA I
|
Meletakkan
titik berat pada sektor pertanian dan industri yang mendukung sektor
pertanian meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya.
|
REPELITA II
|
Meletakkan
titik berat pada sektor pertanian dengan meningkatkan industri yang
mengolah bahan mentah menjadi bahan baku meletakkan landasan yang kuat
bagi tahap selanjutnya.
|
REPELITA III
|
Meletakkan
titik berat pada sektor pertanian menuju swasembada pangan dan
meningkatkan industri yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi
meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya.
|
REPELITA IV
|
Meletakkan
titik berat pada sektor pertanian untuk melanjutkan usaha-usaha
menuju swasembada pangan dengan meningkatkan industri yang dapat
menghasilkan mesin-mesin industri sendiri, baik industri ringan yang
akan terus dikembangkan dalam Repelita-Repelita selanjutnya meletakkan
landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya
|
Sumber :
http://agnesfebbelya.blogspot.com/2012/03/3-perkembangan-strategi-dan-perencanaan.html
No comments:
Post a Comment